Whore

Nice, now it’s seems that I can’t continue working on my “not-so-off-schedule-KP-but-I-regards-it-as-off-schedule-anyway-because-I-wont-do-anything-if-I-don’t-have-a-tight-schedule/deadline” before written all this thoughts down.

And I just wrote a proper grammatically wrong English paragraph in my blog.

Belakangan ini sering merasa pissed off dengan orang yang suka infringe my personal matter.
As if they know me well.
“Nice to meet you, but sadly I’m not a born-to-be-attention-whore like you. Appreciate it, thank you. It’s sarcasm, in case you don’t know”.

Saya sering mengingatkan diri saya sendiri (dan beberapa kali pada orang lain) untuk tidak membenci siapapun. Yang rugi juga diri sendiri, why wasting ur own time/brain cells on somebody not worthy?
Kalo mau membenci seseorang, lebih baik beritahu aja mereka bahwa kamu membenci mereka, why wasting ur energy on someone not knowing that u hate him/her? Biarkan mereka ngerasain gimana rasanya dibenci oleh orang lain, biarlah kamu yang tersenyum picik, dan mereka yang merasakan misery-nya (teori ini tidak dapat diaplikasikan jika subjeknya adalah mereka yang bermuka tebal ataupun para attention whores), begitu saya pikir.

Tapi dilain sisi, berkontradiksi dengan paragraf diatas, ideologi saya yang lain sebagai “manusia-penuh-topeng-hingga-saya-hampir-melupakan-mana-muka-saya-yang asli”
(for me, It’s compulsory to wear a mask,
same as a full make up is compulsory for a whore,
same as updating status every single minutes is compulsory for a facebook whore,
same as insulting every single facebook whore is compulsory for an anti-facebook-whore’s whore (that’s me!))
,rasanya tidak mungkin juga mengatakan secara terang-terangan kepada orang lain bahwa saya sedang membenci seseorang, atau yang lebih sering, bahwa saya tidak tertarik pada kehidupan seseorang, hence, my straight face and the fake smile.
Henceforth, the ignorance.

Ignorance is my new best friend.

Berkontradiksi lagi dengan kalimat diatas, belakangan ini, saya pengen menjadi lebih talkative. Mempergunakan waktu yang ada bukan untuk diam dan "menikmati" wind of awkwardness.
But since when there’s a talkative ignorant?
It’s as contradictory as “Transsexual Homosexual”.
(Kalo memang suka sama wanita, kenapa harus berganti kelamin menjadi wanita?!
Klo memang menyukai cowok, kenapa seorang wanita harus berganti kelamin jadi pria dan lalu menjadi homo?
Ya, tidak ada lagi yang lebih kontradiksi dan ironis daripada Transsexual Homosexual di dunia ini~)

I’ve reasoned with my heart. I’ve always been so good at controlling it, but lately I’ve lost my hold on it, is that a bad thing or what?
I drowned out all my sense with the sound of its beating.



In the end, I’m just a fool, captured in my own ideology.

Comments

Popular Posts