Ape Ape Ja Lah
*mengangkat lengan kiri untuk memandang jam tangan imaginary-ku*
Sunday, February 07, 2010 05:47 am
*menghisap rokok imaginary*
Saya tidak seharusnya sedang menulis blog di jam segini, di saat seperti ini, lagipula sebenarnya juga ga jelas mo nulis apa, cuman tangan lagi gatal dan lupa minum Carlsberg padahal pengen minum tadi, sehingga sekarang saya jadi agak imaginary tipsy. Tipsy itu temannya Tinky Winky. Bukan. Itu Dypsi.
What? U Don’t like ‘imaginary’ things?
At least I’m not talking to this imaginary celestial-friend like you did..
Oh, come on.
U gotta see that as a joke..
But that’s not a joke.
Awalnya saya pengen nulis tentang sesuatu, tapi karena udah ditulis di twitter, saya jadi malas.
Kemudian saya juga ada pikiran tentang sesuatu yang lain, tetapi karena udah diketik di twitter, saya jadi malas.
Lalu selanjutnya saya ada rencana mo bahas tentang sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain, tetapi karena sudah dibahas di twitter, saya jadi malas.
Berikutnya saya mau mengulas tentang sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain, tetapi karena saya udah mengulas secara singkat di twitter, saya jadi malas.
Terakhir kali ketika saya akhirnya ingin membahas sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain yang belum pernah saya bahas di twitter, saya jadi ga pengen.
Saya keqnya lagi punya masalah. Saya tidak punya ambisi.
Gimana donk?
Klo ga ada ambisi, mana ada drive untuk maju?
Tanpa ambisi, bahkan menjadi driver pun saya ga bakal menemukan drive.
Tanpa ambisi, bahkan mendengarkan lagu Bersama Bintang pun saya ga bakal menemukan drive.
Tetapi saya bahkan tak punya ambisi untuk memiliki ambisi.
Ketika wa melihat orang-orang berjuang dengan ambisius untuk mencapai tujuan hidupnya, saya jadi merasa gimana-gituw~
Kalau ga punya target, mau aim apa? saya mau ngapain?
I’ve been leading my life blindfolded..
Ambisiiiii~ dimana kah dirimu???~~
Krik..krik…krik..
*phased out to another topic*
Terima kasih banget buat Bang Nicky Wirawan atas modem internet yang diberikannya sbg early b’dayt gift.
I mean, bahkan saya sendiri mau beli barang buat diri sendiri aja mikir seribu mikir sampe ga jadi beli. Wkwk..
modem kan ga murah harganya, boy! Gila lu, ndro..
Saya jadi phaise beneran. Banget. Sangat. Phaise.
Modem ini akan saya rawat ibarat istri sendiri, walaupun sebenarnya saya yang pengen dirawat istri (?)
*phased back to the main topic*
*phased out to yet another topic*
kenapa di blog kebanyakan orang, selalu saja ada penyelesaian dari persoalan/topik yang sedang ditulisnya di penghujung blog? Misalnya, pada 5 paragraf awal dia menceritakan masalahnya dimana dia pengen sekali makan bakso, kemudian pada 2 paragraf selanjutnya diceritakan betapa enaknya bakso serta betapa desperate-nya dia ga bisa memakan bakso tersebut karena tengah malam gad a gerobak bakso yang lewat, blah blah blah…. setelah rambling panjang lebar, pada paragraph terakhir, dia malah berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri dengan sebuah kesimpulan yang sok positif/optimisi, seperti: “dipikir-pikir sebenarnya bakso biasa aja sih, ya sudah lah, saya makan indomie aja, pasti jauh lebih enak~”Sunday, February 07, 2010 05:47 am
*menghisap rokok imaginary*
Saya tidak seharusnya sedang menulis blog di jam segini, di saat seperti ini, lagipula sebenarnya juga ga jelas mo nulis apa, cuman tangan lagi gatal dan lupa minum Carlsberg padahal pengen minum tadi, sehingga sekarang saya jadi agak imaginary tipsy. Tipsy itu temannya Tinky Winky. Bukan. Itu Dypsi.
What? U Don’t like ‘imaginary’ things?
At least I’m not talking to this imaginary celestial-friend like you did..
Oh, come on.
U gotta see that as a joke..
But that’s not a joke.
Awalnya saya pengen nulis tentang sesuatu, tapi karena udah ditulis di twitter, saya jadi malas.
Kemudian saya juga ada pikiran tentang sesuatu yang lain, tetapi karena udah diketik di twitter, saya jadi malas.
Lalu selanjutnya saya ada rencana mo bahas tentang sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain, tetapi karena sudah dibahas di twitter, saya jadi malas.
Berikutnya saya mau mengulas tentang sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain, tetapi karena saya udah mengulas secara singkat di twitter, saya jadi malas.
Terakhir kali ketika saya akhirnya ingin membahas sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain dari sesuatu yang lain yang belum pernah saya bahas di twitter, saya jadi ga pengen.
Saya keqnya lagi punya masalah. Saya tidak punya ambisi.
Gimana donk?
Klo ga ada ambisi, mana ada drive untuk maju?
Tanpa ambisi, bahkan menjadi driver pun saya ga bakal menemukan drive.
Tanpa ambisi, bahkan mendengarkan lagu Bersama Bintang pun saya ga bakal menemukan drive.
Tetapi saya bahkan tak punya ambisi untuk memiliki ambisi.
Ketika wa melihat orang-orang berjuang dengan ambisius untuk mencapai tujuan hidupnya, saya jadi merasa gimana-gituw~
Kalau ga punya target, mau aim apa? saya mau ngapain?
I’ve been leading my life blindfolded..
Ambisiiiii~ dimana kah dirimu???~~
Ambisi: ”hai, saya ambisi”
Fed: “oh, halo”
Ambisi: ”…”
Fed: ”…”
Ambisi: ”……..”
Fed: ”…………..”
Krik..krik…krik..
*phased out to another topic*
Terima kasih banget buat Bang Nicky Wirawan atas modem internet yang diberikannya sbg early b’dayt gift.
I mean, bahkan saya sendiri mau beli barang buat diri sendiri aja mikir seribu mikir sampe ga jadi beli. Wkwk..
modem kan ga murah harganya, boy! Gila lu, ndro..
Saya jadi phaise beneran. Banget. Sangat. Phaise.
Modem ini akan saya rawat ibarat istri sendiri, walaupun sebenarnya saya yang pengen dirawat istri (?)
*phased back to the main topic*
Ambisi: ”……………….”
Fed: ”……………………..”
*phased out to yet another topic*
Apakah itu adalah bentuk pelarian diri dari kenyataan?
Apa tujuannya ditulis panjang begitu klo penyelesaiannya begitu gampang?
Klo dari awal udah ditemukan cara penyelesaiannya, kenapa harus dibikin panjang lebar? lagipula penyelesainnya sama sekali tidak menyelesaikan masalah.
Kenapa kesimulan/penyelesainnya harus bersifat positif dan optimis?
Siapa sih yang berusaha mereka yakinkan? Diri sendiri?menipu dri sendiri?
Saya lagi tulis apa sih?
*phased back again to the main topic*
Baiklah, walaupun tanpa ambisi pun saya akan tetap hidup, saya tidak akan dikalahkan oleh hidup. Walaupun tak ada drive, saya masih bisa bel thumbdrive. I’ll survive. Hidup without ambition. Simple Life. Maksud saya bukan acaranya Paris Hilton itu.
(eh?! Diakhiri dengan sok positif juga?!)
Comments