Batam Road Trip
Saya mendapat inspirasi untuk membuat postingan ini saat mengendarai Si Putih, dan mencoba untuk mengamati keadaan lalu lintas kota Batam.
Di pagi hari, Lalu lintas Batam penuh suasana hiruk pikuk, wajar saja,
ini adalah waktunya para anak sekolah pergi ke sekolah (beberapa memilih untuk cabut ke warnet),
waktunya tetangga saya membawa jalan-jalan santai kedua ekor Golden Retriever-nya,
waktunya para suami menunggu para istri yang berdandan hanya untuk ke pasar,
waktunya para “She-male” membersihkan semua dandanannya untuk bersiap-siap menjadi kuli bangunan,
dan waktu para karyawan berangkat kerja dengan semangat yang baru,
serta waktunya para penjual koran mengitari antrian kendaraan di simpang-simpang untuk menawarkan berita terkini.
Karena rumah saya berada di dekat persimpangan lalu lintas batam centre, biasa jam segini ketika keluar menjuj jalan raya, tiga baris antrian panjang kendaraan, itulah yang akan saya lihat..
Apalagi bila pak polisi turun tangan untuk mengatur secara manual, entah kenapa antrian menjadi lebih lama dan lebih panjang.
Sisi Batam sebagai vibrant city bisa dilihat di jam-jam segini. Kalau saya seh sama sekali ga vibrant, dengan mata yang masih belum terbuka total, berharap perjalanan ke kantor agak lambat dan jauh walaupun tempat kerja dekat banget dengan rumah, haha.
Lalu lintas Batam di sore hari, adalah waktunya kemacetan, bagi para karyawan inilah saatnya untuk melepaskan kelelahan setelah seharian bekerja,
bagi para sinetron lovers ini adalah saatnya untuk duduk rapi di depan televisi,
bagi saya adalah saat berangkat ke kampus dengan niat secuil dan mata ngantuk,
dan bagi para sopir metro trans dan taxi ini adalah saatnya menambah omzet pendapatan.
Metro Trans dan Taxi di Batam sangat “canggih” seperti Bajaj di Jakarta, ada istilah orang Jakarta yang saya edit menjadi “hanya Tuhan dan Supir yang tahu kapan Bajaj/Metro Trans/Taxi akan berbelok”. Karena persaingan yang ketat, pak supir trans/taxi mampu melakukan maneuver-maneuver yang tidak manusiawi.
Mereka bisa berhenti ataupun menepi ke jalan begitu saja secara tiba-tiba, tanpa memperdulikan dimana mereka sedang berada, tanpa memperdulikan kecepatan kendaraan di belakang mereka dan supirnya yang jantungan, bahkan kadang tanpa memperdulikan lampu sen yang tidak dinyalakan, hanya untuk menarik penumpang baru.
Demi menarik satu ataupun dua orang calon penumpang, mereka mampu mempertaruhkan nyawa seluruh penumpang kendaraan umumnya dan seluruh penumpang kendaraan yang berada di belakangnya. Ironis, bombastis, dan hepatitis (?).
Disini saya tidak bisa menyalahkan hanya kepada para supir kendaraan umum, para penumpang yang suka menunggu di tempat yang terlalu berbahaya bagi sebuah kendaraan untuk menepi juga patut disalahkan.
“Tidak akan ada penawaran tanpa adanya permintaan”, begitu kata guru ekonomi saya dulu.
Seriously, berdirilah di tempat yang lebih aman, jangan karena malas mengambil selangkah dua langkah menghilangkan kemampuan berpuluh orang lain untuk mengambil langkah dengan kakinya selamanya.
Lalu lintas Batam di malam hari berisi pemandangan yang indah, karena kita bisa melihat aneka jenis penerangan kota, coba ke Bukit Senyum ataupun Vista.
Mulai dari lampu-lampu kendaraan dengan intensitas cahaya yang bervariasi, yang lumayan redup sampai yang terang benderang menusuk mata. Khusus kasus pengguna lampu crystal ini, mungkin si pemilik kendaraan salah memasang lampu ruang tamunya ke lampu mobilnya, annoying sekali dan bagi saya, sangat tidak beretika sebagai pengguna jalan raya.
Ada juga penerangan warna-warni dan kedap-kedip yang disuguhkan oleh perumahan-perumahan, mall-mall besar icon Batam, pujasera serta tempat hiburan lain untuk menarik orang-orang untuk berkunjung.
Tidak lupa juga, lampu-lampu jalan di sisi kota yang menyinari jalan raya dengan warna jingga menggoda yang tampak lumayan “hangat” di mata. Sayang, ada beberapa jalan yang tidak mendapatkan penerangan yang cukup, bahkan tidak sama sekali, padahal lampu jalannya sudah terpasang, hanya saja entah kenapa tidak dinyalakan. Global warming, maybe?
Hal lain yang “indah” yaitu lubang-lubang di jalan raya kota wisata murah meriah ini, tidak peduli jalan kecil, jalan perumahan, jalan depan suatu tempat wisata seperti jalan raya depan vihara Matreya Batam Centre (hey, nobody write about this place yet in this competition, rite? why don’t you make one?), atau bahkan jalan utama sekalipun, pasti bisa ditemukan lubang-lubang dengan diameter dan kedalaman yang bervariasi.
Pernah saya memikirkan sebuah peluang bisnis baru sebagai tukang tambal ban yang bisa didirikan tepat beberapa ratus meter di depan lubang-lubang ini, mingkin akan cukup laku, apalagi bila di lubang-ubang tersebut dibubuhi paku kayu dan pecahan kaca dalam jumlah banyak, haha.
Well, tidak peduli di jam apapun, berhati-hatilah dalam menghadapi lubang-lubang ini, jangan malah menabrak kendaraan sebelah hanya demi menghindari sebuah lubang di jalan.
Konon katanya terjadinya fenomena lubang-lubang di jalan ini adalah karena kondisi tanah di kota Batam yang kurang bagus serta cuaca yang suka berganti secara cepat.
Lalu lintas Batam di tengah malam menuju subuh berisi suasana jalanan yang kontras dengan suasana waktu lainnya. Penuh ketenangan, tanpa kendaraan, dan jarang kehidupan, kadang-kadang ada seh seekor dua ekor tikus menyeberangi jalan (lain kali lewat zebra cross donk, coy, hampir ketabrak seekor kemarin).
Dari setiap sisi jalan, hanya ada lampu jalan yang menemani, tetapi seperti yang sudah kusebut tadi, ada beberapa daerah yang gelap tanpa disinari lampu jalan, yang apabila di jam-jam segini neh, jadi makin gelap gulita karena tanpa adanya penerangan dari kendaraan lain yang lewat.
Walaupun ada yang bilang mengerikan dan berbahaya, tapi bagi saya lumayan menenangkan hati..
Believe me, berada di kendaraan yang sama di malam yang penuh hujan petir dengan salah seorang temanmu di mobil yang masih asyik menelpon pacarnya tanpa cemas akan petir yang berkemungkinan menyambar ke arah gelombang teleponnya, itu baru mengerikan dan berbahaya, untung saya masih hidup..
Mengapa menenangkan hati?
Coba rasakan sendiri, disepanjang jalan yang hitam pekat tersebut, hanya lampu jalan kendaraanmu yang menerangi sampai jarak tertentu,
Melihat ke belakang, jika tidak teliti, kita tidak tau apa yang sudah kita lewati,
Melihat ke depan, dengan mata manusia yang terbatas, kita tidak tau ujung jalan ini ada apa yang menanti,
Kadang, kita juga bisa masuk ke jebakan/rintangan berupa lubang di jalan tanpa sengaja bila tidak berhati-hati..
I mean, wow, that’s kinda describe what is “Life”…
Asyik berfilosofi di jalanan gelap seperti itu, apalagi sambil mendengarkan lagu di radio, maknyus dah…
gimana? kadang jalan raya pun bisa menjadi sebuah tempat yang menarik, kan?
Saya bukan polisi lalu lintas lho
Di pagi hari, Lalu lintas Batam penuh suasana hiruk pikuk, wajar saja,
ini adalah waktunya para anak sekolah pergi ke sekolah (beberapa memilih untuk cabut ke warnet),
waktunya tetangga saya membawa jalan-jalan santai kedua ekor Golden Retriever-nya,
waktunya para suami menunggu para istri yang berdandan hanya untuk ke pasar,
waktunya para “She-male” membersihkan semua dandanannya untuk bersiap-siap menjadi kuli bangunan,
dan waktu para karyawan berangkat kerja dengan semangat yang baru,
serta waktunya para penjual koran mengitari antrian kendaraan di simpang-simpang untuk menawarkan berita terkini.
Karena rumah saya berada di dekat persimpangan lalu lintas batam centre, biasa jam segini ketika keluar menjuj jalan raya, tiga baris antrian panjang kendaraan, itulah yang akan saya lihat..
Apalagi bila pak polisi turun tangan untuk mengatur secara manual, entah kenapa antrian menjadi lebih lama dan lebih panjang.
Sisi Batam sebagai vibrant city bisa dilihat di jam-jam segini. Kalau saya seh sama sekali ga vibrant, dengan mata yang masih belum terbuka total, berharap perjalanan ke kantor agak lambat dan jauh walaupun tempat kerja dekat banget dengan rumah, haha.
Lalu lintas Batam di sore hari, adalah waktunya kemacetan, bagi para karyawan inilah saatnya untuk melepaskan kelelahan setelah seharian bekerja,
bagi para sinetron lovers ini adalah saatnya untuk duduk rapi di depan televisi,
bagi saya adalah saat berangkat ke kampus dengan niat secuil dan mata ngantuk,
dan bagi para sopir metro trans dan taxi ini adalah saatnya menambah omzet pendapatan.
Metro Trans dan Taxi di Batam sangat “canggih” seperti Bajaj di Jakarta, ada istilah orang Jakarta yang saya edit menjadi “hanya Tuhan dan Supir yang tahu kapan Bajaj/Metro Trans/Taxi akan berbelok”. Karena persaingan yang ketat, pak supir trans/taxi mampu melakukan maneuver-maneuver yang tidak manusiawi.
Mereka bisa berhenti ataupun menepi ke jalan begitu saja secara tiba-tiba, tanpa memperdulikan dimana mereka sedang berada, tanpa memperdulikan kecepatan kendaraan di belakang mereka dan supirnya yang jantungan, bahkan kadang tanpa memperdulikan lampu sen yang tidak dinyalakan, hanya untuk menarik penumpang baru.
Demi menarik satu ataupun dua orang calon penumpang, mereka mampu mempertaruhkan nyawa seluruh penumpang kendaraan umumnya dan seluruh penumpang kendaraan yang berada di belakangnya. Ironis, bombastis, dan hepatitis (?).
Disini saya tidak bisa menyalahkan hanya kepada para supir kendaraan umum, para penumpang yang suka menunggu di tempat yang terlalu berbahaya bagi sebuah kendaraan untuk menepi juga patut disalahkan.
“Tidak akan ada penawaran tanpa adanya permintaan”, begitu kata guru ekonomi saya dulu.
Seriously, berdirilah di tempat yang lebih aman, jangan karena malas mengambil selangkah dua langkah menghilangkan kemampuan berpuluh orang lain untuk mengambil langkah dengan kakinya selamanya.
Lalu lintas Batam di malam hari berisi pemandangan yang indah, karena kita bisa melihat aneka jenis penerangan kota, coba ke Bukit Senyum ataupun Vista.
Mulai dari lampu-lampu kendaraan dengan intensitas cahaya yang bervariasi, yang lumayan redup sampai yang terang benderang menusuk mata. Khusus kasus pengguna lampu crystal ini, mungkin si pemilik kendaraan salah memasang lampu ruang tamunya ke lampu mobilnya, annoying sekali dan bagi saya, sangat tidak beretika sebagai pengguna jalan raya.
Ada juga penerangan warna-warni dan kedap-kedip yang disuguhkan oleh perumahan-perumahan, mall-mall besar icon Batam, pujasera serta tempat hiburan lain untuk menarik orang-orang untuk berkunjung.
Tidak lupa juga, lampu-lampu jalan di sisi kota yang menyinari jalan raya dengan warna jingga menggoda yang tampak lumayan “hangat” di mata. Sayang, ada beberapa jalan yang tidak mendapatkan penerangan yang cukup, bahkan tidak sama sekali, padahal lampu jalannya sudah terpasang, hanya saja entah kenapa tidak dinyalakan. Global warming, maybe?
Hal lain yang “indah” yaitu lubang-lubang di jalan raya kota wisata murah meriah ini, tidak peduli jalan kecil, jalan perumahan, jalan depan suatu tempat wisata seperti jalan raya depan vihara Matreya Batam Centre (hey, nobody write about this place yet in this competition, rite? why don’t you make one?), atau bahkan jalan utama sekalipun, pasti bisa ditemukan lubang-lubang dengan diameter dan kedalaman yang bervariasi.
Pernah saya memikirkan sebuah peluang bisnis baru sebagai tukang tambal ban yang bisa didirikan tepat beberapa ratus meter di depan lubang-lubang ini, mingkin akan cukup laku, apalagi bila di lubang-ubang tersebut dibubuhi paku kayu dan pecahan kaca dalam jumlah banyak, haha.
Well, tidak peduli di jam apapun, berhati-hatilah dalam menghadapi lubang-lubang ini, jangan malah menabrak kendaraan sebelah hanya demi menghindari sebuah lubang di jalan.
Konon katanya terjadinya fenomena lubang-lubang di jalan ini adalah karena kondisi tanah di kota Batam yang kurang bagus serta cuaca yang suka berganti secara cepat.
Lalu lintas Batam di tengah malam menuju subuh berisi suasana jalanan yang kontras dengan suasana waktu lainnya. Penuh ketenangan, tanpa kendaraan, dan jarang kehidupan, kadang-kadang ada seh seekor dua ekor tikus menyeberangi jalan (lain kali lewat zebra cross donk, coy, hampir ketabrak seekor kemarin).
Dari setiap sisi jalan, hanya ada lampu jalan yang menemani, tetapi seperti yang sudah kusebut tadi, ada beberapa daerah yang gelap tanpa disinari lampu jalan, yang apabila di jam-jam segini neh, jadi makin gelap gulita karena tanpa adanya penerangan dari kendaraan lain yang lewat.
Walaupun ada yang bilang mengerikan dan berbahaya, tapi bagi saya lumayan menenangkan hati..
Believe me, berada di kendaraan yang sama di malam yang penuh hujan petir dengan salah seorang temanmu di mobil yang masih asyik menelpon pacarnya tanpa cemas akan petir yang berkemungkinan menyambar ke arah gelombang teleponnya, itu baru mengerikan dan berbahaya, untung saya masih hidup..
Mengapa menenangkan hati?
Coba rasakan sendiri, disepanjang jalan yang hitam pekat tersebut, hanya lampu jalan kendaraanmu yang menerangi sampai jarak tertentu,
Melihat ke belakang, jika tidak teliti, kita tidak tau apa yang sudah kita lewati,
Melihat ke depan, dengan mata manusia yang terbatas, kita tidak tau ujung jalan ini ada apa yang menanti,
Kadang, kita juga bisa masuk ke jebakan/rintangan berupa lubang di jalan tanpa sengaja bila tidak berhati-hati..
I mean, wow, that’s kinda describe what is “Life”…
Asyik berfilosofi di jalanan gelap seperti itu, apalagi sambil mendengarkan lagu di radio, maknyus dah…
gimana? kadang jalan raya pun bisa menjadi sebuah tempat yang menarik, kan?
Saya bukan polisi lalu lintas lho
Comments
Kmu jg ikut sana, haha..
Saya lihat blog-blog lain yang ikut ntah kenapa bnyk yg ga terasa "soul"-nya, blog2 skrg koq makin tak bernyawa...
Ayo, Bos, tunjukkan apa yang namanya blogging! Wkwk